NI KETUT LESENI
Bangga Menjadi Laborat
![]() |
NI KETUT LESENI |
MESKI sehari-hari berkutat dengan bahan-bahan kimia, namun tidak membuat Ni Ketut Leseni bosan. Bahkan dirinya merasa sangat senang dengan pekerjaannya sebagai Pranata Laboratorium Pendidikan alias tenaga laborat di Laboratorium Kimia dan Biokimia Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Dikerjai Mahasiswa yang Nakal
"Sudah 19 tahun mengabdi menjadi tenaga laborat," ucap perempuan kelahiran Negara, Jembran pada 2 november 1969 silam ini.
Alumnus SMA Ngurah Rai Negara ini mengaku enjoy dengan kegiatan ini mengaku enjoy dengan kegiatan yang sudah memberikan warna sendiri bagi hidupnya ini. "Bertemu banyak orang dan bisa saling bertukar pikiran," ucapnya. Terutama untuk dosen dan mahasiswa yang diakuinya memiliki kreativitas dan penelitian yang cukup inovatif.
Hal ini membuatnya pun ikut belajar lagi dan bertukar pikiran. Ketut masih ingat, bagaimana ikut membantu Prof Achmad Soebagio, dosen FTP Unej menemukan tepung mocaf yang revolusioner tersebut. Dirinya pun ikut andil memberikan masukan untuk uji coba berbagai resep. Dan ternyata tepung ini kini bisa menjadi alternatif untuk tepung di Indonesia.
Namun, menjadi laborat tidak selamanya memberikan hal-hal yang menyenangkan. Namun juga kadang dirinya mengaku harus menjalani hari-hari yang berat seperti banyaknya praktikum menjelang semesteran."Kadang kalau banyak pratikum, seharian full pratikum. Bahkan Sabtu Minggu harus masuk," ucapnya.
Bahkan kadang tidak jarang dirinya menemukan banyak pengalaman lainnya. Misalnya dikerjai oleh mahasiswa yang nakal."Rata-rata merusakkan alat atau ada yang erroe," ucapnya. Jika memang untuk alat-alat yang masih terjangkau, sesuai dengan peraturan di laboratorium ini maka mahasiswa yang merusak atau memecahkan tersebut harus menggantinya."Prinsipnya meminjam utuh maka kembali utuh. Inijuga untuk mengajarkan tanggung jawab kepada mahasiswa," terangnya.
Namun jika ada alat yang modern yang erroe, maka terpaksa harus dilakukan perbaikan oleh teknisi yang berpengalaman. Karena khawatir akan semakin rusak di alat dengan harga yang cukup tinggi itu. Yang jelas, dirinya mengaku sangat senang dan bangga dengan profesi yang tengah digelutinya saat ini.(ram/c1/hdi)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Rabu, 14 Juni 2017
Komentar
Posting Komentar